Seminggu sudah berlalu, mengukir senyum dan ceria bersama dalam peluk dingin Lembang. Ada kerinduan tersendiri setelah itu…walaupun masih hangat jepretan foto-foto itu. Berawal dari kebersamaan dalam visi yang satu di sebuah kampus perjuangan, yang memang benar-benar harus berjuang di dalamnya. Lalu kini masing-masing telah mempunyai warna tersendiri, warna yang terlukis bersama pasangan hidup, warna yang terlukis bersama masing-masing kesibukan dalam mencari nafkah di belantara kota metropolitan.
Ada yang bergelut di dunia bela diri, ada yang meneruskan mata kuliah akutansi di perkantoran (sebagai accounting), ada kontraktor, ada ibu rumah tangga, ada karyawan, ada guru dan sebagainya. Dalam hati yang paling dalam selalu berdo’a semoga kita senantiasa dalam relNya yang lurus walaupun berbeda-beda warna maisyah. Amiin..
----------------------------------cerita dimulai-----tanpa melihat jam------
Alhamdulillah…setelah beberapa jam akhirnya sampai juga di tujuan, kurang lebih ba’da dzuhur. Dinginnya cuaca akhirnya mampu melupakan lelahnya pemandangan macet di perjalanan sebelumnya. Subhanalloh…, hanya itu yang terucap…dan puncaknya Alhamdulillah…setelah kaki-kaki kami menginjak belahan bumi Alloh yang sejuk dan indah saat itu.
Tak lama kemudian hidangan makan siang pun tersaji. Setelah selesai tereksekusi akhirnya kami pun tak sabar untuk melaksanakan Agenda jalan-jalan pertama, yaitu ke Tangkuban Perahu…, subhanalloh…jalan berliku dan berkabut pun kami lalui…, passss…sampai di atas…qadarulloh kawah yang akan kita lihat pun tertutup kabut….full kabut…, akhirnya tak ada rotan akar pun jadi. Tak melihat kawah, foto-foto pun jadi…, jepret punya jepret bergumul dengan kabut kamera demi kamera pun berebut mencoba mengabadikan “gaya bersama” saat itu.
--------------------------------------jam berapa ya? 22.48 jam di laptop-----
Singkat cerita…(maaf kejar target tayang, sudah ngantuk saudara2..he), akhirnya kami pun pulang, makan malam dan akhirnya Agenda Rapat pun dilaksanakan pada malam itu juga. Banyak complain ternyata…,,,,,, Ceramah, Qiyamulail dsb…diinterupsi oleh segenap keluarga Forsila. Apa boleh buat..karena itu memang hukumnya bukan wajib, akhirnya saya pun mengalah (bukan berarti kalah he), ceramah dipersingkat….bahwa pelajaran dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah CINTA BUTUH SEBUAH PENGORBANAN. CINTA DAN PENGORBANAN BAGAIKAN DUA MATA UANG YANG TAK MAMPU DIPISAHKAN. (Anda Setuju?). Yah…betapapun hanya sebuah tarian jemari diatas keyboard laptop ini pun…saya dasari atas cinta kepada kalian wahai saudaraku…. Agar jejak-jejak pengorbanan kita bersama dalam cinta Alloh itu sedikit lebih terkesan indah dan dalam. Lalu…mampu menggerakkan semangat kita untuk terus mencintaiNya..dimana pun dan dalam kondisi apapun kita saat ini dan nanti.
Semoga…cinta kita karena Alloh semakin hangat…sehangat aliran air di Wisata Sariater (Ciater) saat itu. Dan mampu membahagiakan banyak orang di sekitar kita.
Semoga cinta kita karena Alloh semakin rapi…serapi barisan tanaman strawberry yang sempat kita tatap dan kita petik saat itu. Karena memang kita ini barisan…dan bukan gerombolan….
Yah…Barisan Penghuni Syurga insyaAlloh…….sebagaimana Rasulullah pernah menyampaikan :
“Ruh-ruh manusia adalah pasukan yang besar. Selagi ruh-ruh itu saling mengenal, maka mereka akan bersatu padu. Dan selagi ruh-ruh itu saling mengingkari, maka mereka akan berselisih.” [HR Muslim]
Sekali lagi…kita adalah barisan….,
Dan wahai barisan…ayo amalkan masing-masing kesepakatan yang telah kita buat dalam Rapat sejenak di Lembang saat itu…!! Sebagai bukti bahwa kita memang benar adalah sebuah barisan yang terus mendamba menjadi penghuni syurgaNya…
Wallahu ‘alam.
Note :
Pak Rifki…mohon dipantau terus ya kesepakatan2 itu…
Syukron..wa jazakallohu khairan katsir….
Salam Cinta Karena Alloh
Panggih _AbuMarwa
Seminggu sudah berlalu, mengukir senyum dan ceria bersama dalam peluk dingin Lembang. Ada kerinduan tersendiri setelah itu…walaupun masih hangat jepretan foto-foto itu. Berawal dari kebersamaan dalam visi yang satu di sebuah kampus perjuangan, yang memang benar-benar harus berjuang di dalamnya. Lalu kini masing-masing telah mempunyai warna tersendiri, warna yang terlukis bersama pasangan hidup, warna yang terlukis bersama masing-masing kesibukan dalam mencari nafkah di belantara kota metropolitan.
Ada yang bergelut di dunia bela diri, ada yang meneruskan mata kuliah akutansi di perkantoran (sebagai accounting), ada kontraktor, ada ibu rumah tangga, ada karyawan, ada guru dan sebagainya. Dalam hati yang paling dalam selalu berdo’a semoga kita senantiasa dalam relNya yang lurus walaupun berbeda-beda warna maisyah. Amiin..
----------------------------------cerita dimulai-----tanpa melihat jam------
Alhamdulillah…setelah beberapa jam akhirnya sampai juga di tujuan, kurang lebih ba’da dzuhur. Dinginnya cuaca akhirnya mampu melupakan lelahnya pemandangan macet di perjalanan sebelumnya. Subhanalloh…, hanya itu yang terucap…dan puncaknya Alhamdulillah…setelah kaki-kaki kami menginjak belahan bumi Alloh yang sejuk dan indah saat itu.
Tak lama kemudian hidangan makan siang pun tersaji. Setelah selesai tereksekusi akhirnya kami pun tak sabar untuk melaksanakan Agenda jalan-jalan pertama, yaitu ke Tangkuban Perahu…, subhanalloh…jalan berliku dan berkabut pun kami lalui…, passss…sampai di atas…qadarulloh kawah yang akan kita lihat pun tertutup kabut….full kabut…, akhirnya tak ada rotan akar pun jadi. Tak melihat kawah, foto-foto pun jadi…, jepret punya jepret bergumul dengan kabut kamera demi kamera pun berebut mencoba mengabadikan “gaya bersama” saat itu.
--------------------------------------jam berapa ya? 22.48 jam di laptop-----
Singkat cerita…(maaf kejar target tayang, sudah ngantuk saudara2..he), akhirnya kami pun pulang, makan malam dan akhirnya Agenda Rapat pun dilaksanakan pada malam itu juga. Banyak complain ternyata…,,,,,, Ceramah, Qiyamulail dsb…diinterupsi oleh segenap keluarga Forsila. Apa boleh buat..karena itu memang hukumnya bukan wajib, akhirnya saya pun mengalah (bukan berarti kalah he), ceramah dipersingkat….bahwa pelajaran dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah CINTA BUTUH SEBUAH PENGORBANAN. CINTA DAN PENGORBANAN BAGAIKAN DUA MATA UANG YANG TAK MAMPU DIPISAHKAN. (Anda Setuju?). Yah…betapapun hanya sebuah tarian jemari diatas keyboard laptop ini pun…saya dasari atas cinta kepada kalian wahai saudaraku…. Agar jejak-jejak pengorbanan kita bersama dalam cinta Alloh itu sedikit lebih terkesan indah dan dalam. Lalu…mampu menggerakkan semangat kita untuk terus mencintaiNya..dimana pun dan dalam kondisi apapun kita saat ini dan nanti.
Semoga…cinta kita karena Alloh semakin hangat…sehangat aliran air di Wisata Sariater (Ciater) saat itu. Dan mampu membahagiakan banyak orang di sekitar kita.
Semoga cinta kita karena Alloh semakin rapi…serapi barisan tanaman strawberry yang sempat kita tatap dan kita petik saat itu. Karena memang kita ini barisan…dan bukan gerombolan….
Yah…Barisan Penghuni Syurga insyaAlloh…….sebagaimana Rasulullah pernah menyampaikan :
“Ruh-ruh manusia adalah pasukan yang besar. Selagi ruh-ruh itu saling mengenal, maka mereka akan bersatu padu. Dan selagi ruh-ruh itu saling mengingkari, maka mereka akan berselisih.” [HR Muslim]
Sekali lagi…kita adalah barisan….,
Dan wahai barisan…ayo amalkan masing-masing kesepakatan yang telah kita buat dalam Rapat sejenak di Lembang saat itu…!! Sebagai bukti bahwa kita memang benar adalah sebuah barisan yang terus mendamba menjadi penghuni syurgaNya…
Wallahu ‘alam.
Note :
Pak Rifki…mohon dipantau terus ya kesepakatan2 itu…
Syukron..wa jazakallohu khairan katsir….
Salam Cinta Karena Alloh
Panggih _AbuMarwa
