Pudar

Ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya ketika melihatmu. Jika dulu perlahan kucoba torehkan warna yang mulai nampak jelas. Kini serasa kini mulai memudar. Angin keseharian itu perlahan meluluhkan satu demi satu titik warna itu. Panasnya kesibukan terus mengeringkan dan mengusamkan. Duhai jiwa….aku khawatir langkah ini tanpa arah. Duhai raga…aku khawatir langkah ini hanya langkah membabi buta. Yah…langkah terombang-ambing, karena terhempas angin…yah langkah yang mengalir terbawa arus kepentingan para pemuja duniawi semata…. Ya…Rabb..pengatur hitungan nafasku… Engkau sungguh yang paling mengerti akan gundahku dan gelisahku menatap kepudaran ini…, jauhkan ridhoMu jika tentara hati ini terlena tanpa karakter diri…., jauhkan ridhoMu jika jiwa ini terombang-ambing oleh ombak ketidaktahuan diri.. Jadikan setiap tetes air mata ini bukti….bahwa aku resah akan kepudaran ini…. Jadikan setiap helaan nafas panjang ini…menjadi bukti bahwa aku lemah di hadapMu…dan butuh belaian langkahMu…. Wahai warnaku…, sungguh aku sedih akan pudarmu… Kembalilah mendekat…kembalilah cerah….mengiringi nafas ketaatanku padaNya….. Sekarang juga….!!!