Belum lama kita memasuki tahun baru hijriah, yaitu sebuah tahun yang sesungguhnya adalah milik kita, kenapa milik kita? Karena pada penanggalan tahun hijriah inilah setiap kegiatan ibadah umat islam mengacu padanya, baik itu ibadah puasa ramadhan, puasa arafah, ibadah haji maupun ibadah-ibadah yang lain. Tidak ada satu ibadah pun yang mengacu pada penanggalan Masehi.
Lain daripada itu, penanggalan hijriah ada kaitannya dengan sebuah peristiwa besar yaitu hijrahnya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dari Mekkah ke Madinah. Dan pada saat itulah keputusan Rosullullah diambil, melihat keadaan dan situasi Mekkah yang sudah tidak kondusif lagi, dan itupun merupakan perintah dari ALLAH subhanahu wata’ala.
Jika secara bahasa, hijrah berarti pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Maka ada arti secara ma’nawi yaitu perpindahan dari sesuatu yang buruk atau kurang baik ke sesuatu yang lebih baik. Dan adapun hijrah yang dapat kita lakukan atau kita teladani dari Rosullulah adalah hijrah secara ma’nawi, karena tidak ada hijrah yang harus kita lakukan setelah penaklukan Kota Mekah, sebagaimana telah disampaikan Rosulullah dalam sebuah hadist :
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdah Adh Dhabbi berkata, telah menceritakan kepada kami Ziyad bin Abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Manshur Ibnul Mu’tamir dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terjadi pembukaan (penaklukan) kota Makkah: “Tidak ada hijrah setelah pembukaan kota Makkah, tetapi hanya ada jihad dan niat. Jika kalian diperintah untuk pergi (jihad) maka pergilah.” Ia berkata, “Dalam bab ini juga ada hadits dari Abu Sa’id, Abdullah bin Amru dan Abdullah bin Hubsyi.” Abu Isa berkata, “Hadits ini derajatnya hasan shahih. Sufyan Ats Tsauri meriwayatkan dari Manshur Ibnul Mu’tamir seperti hadits tersebut. (TIRMIDZI – 1516)”.
Jika demikian, maka bersegeralah kita untuk jujur mengkalkulasi segala hal keburukan atau kekurangan yang ada pada diri kita. Lalu kita mencoba dan berusaha untuk menghijrahkan diri dari segala kekurangan kita itu menuju kepada hal-hal yang lebih baik di mata Allah. Baik itu yang berhubungan dengan perbuatan keseharian kita, dengan pekerjaan kita maupun dengan ibadah-ibadah kita.
Adapun beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam kaitannya dengan hijrah adalah sebagai berikut di bawah ini :
1. Niat
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id Al Anshari berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan” (HR. BUKHARI – 1).
Dari hadist di atas, kita diperingatkan oleh Rosulullah agar senantiasa mengecek niatan kita. Haruslah kita meluruskan niat hijrah kita hanya karena Allah ta’ala, bukan karena mengharap pujian segelintir makhluk atau berharap sesuatu dari iming-iming duniawi. Sebagaimana hijrahnya Rosulullah yang benar-benar beliau lakukan karena Allahu ta’ala.
2. Hijrah dan Pengorbanan
Sebagaimana perjuangan, hijrah juga memerlukan pengorbanan, baik amwal (harta) dan anfus (jiwa). Allah berfirman :
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (At-taubah : 20)
Meninggalkan kebiasaan buruk menuju pada perbuatan yang baik di mata Allah juga memerlukan pengorbanan. Berat langkah maupun perasaan, ada kecamuk perang antara ya dan tidak.
Hal itu pun juga dirasakan oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wassalam…, bagaimana beratnya beliau meninggalkan kampung halamannya, tempat beliau dilahirkan, tempat beliau menikmati masa kecil dan sebagainya. Namun karena perintah Allah, maka hal itu pun beliau lakukan bersama para sahabatnya, mereka telah berkorban dengan jiwa mereka maupun banyak harta yang mereka tinggal di kampung halaman.
3. Balasan untuk hijrah
Apa balasan yang diterima oleh Rasulullah dan para sahabatnya ketika hijrah? Yang mereka dapatkan adalah kedamaian di Madinah dan akhirnya membuahkan kemenangan menaklukkan kota Makkah pada saat itu.
Begitu juga dengan kita, ketika janji Allah telah jelas kita pun berharap dan harus yakin bahwa kemenangan dan rahmat Allah lah yang akan kita dapat jika kita mau berhijrah.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah : 218).
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (At-taubah : 20).