“Pada siang ini kita akan membahas Action Plan” kata atasan saya. “Wah materi yang menarik nih” gumamku. “jadi, Alhamdulillah kemarin setelah saya ikut seminar lagi…saya diajari detail bagaimana langkah-langkah kita sebelum melaksanakan proyek developer. Ada hitung-hitungan begini bla-bla…..” terangnya lagi. “oia nggih…gimana kamu selama ikut pelatihan sebulan di A (sebuah nama perusahaan developer)?” tanyanya lagi. “waduh pak, alhamdulillah satu bulan di sana saya malah bingung, suruh jalan ke kompetitor, ke BPN, ke perijinan ke sana, kemari dan ke sana kemari tapi habis itu tidak ada follow up lagi saya harus bagaimana, paling hanya sedikit saja membahas hitung-hitungan secara global”, jawabku polos. “Nah…itulah mengapa saya seperti Wiro Sableng, yang gurunya banyak ke sana kemari, karena ternyata di developer lain mengajarkan bukan dengan gaya mandor. Apa gaya mandor itu, ya gitu…kamu di suruh ke sana kemari….lalu kamu suruh menyimpulkan sendiri dengan feeling masing-masing. Kenapa bisa mandor? Ya jelas, coba kita lihat para mandor di lapangan proyek, mereka sebenarnya secara hitung-hitungan teknik seperti “mekanika teknik” dan sebagainya tidaklah menguasai. Namun dengan ilmu jam terbangnya mandor plus ilmu titennya (berdasarkan pengalaman), maka para mandor itu pun akhirnya juga hapal dengan sendirinya apa-apa dan bagaimana teknis pengerjaan di lapangan…..tapi ya hati-hati kalau mengerjakan sekian puluh lantai lho ya….” Tegas atasanku…
Hemmmmm, aku hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala,, ternyata sebulan kemarin diklat aku ketemu dengan Guru property bergaya mandor…., yah boleh sih…kalau jam terbangnya sudah banyak. Yah.. tapi semuanya benar kok gak ada yang salah…mereka masing-masing bisa menunjukkan keberhasilannya… semua benar, yang salah adalah developer yang tak mau bagi ilmunya buat kita hehe.
Moga manfaat.!!! Amin.