Belum lama masuk dalam dunia “persilatan” property, ada saja istilah-istilah baru yang memang harus diketahui. Ada BU = butuh uang, TP = Tanpa Perantara, ada makelar, ada girik, ada leter c dan seabreg istilah yang lama-kelamaan juga tak asing di telingan. Tapi suatu hari ketika ke daerah Sirkuit Sentul saya janji survey dengan makelar, ia seorang ibu-ibu, janda pula…!! saya berharap semoga juga bisa menjadi rezeki dia jika memang tanah yang ditawarkan oke alias hot deal. Setelah buat janji di suatu tempat, akhirnya kami menuju ke arah lokasi tanah yang maksud….. Alhamdulillah ternyata di sana telah di tunggu dua orang yang berboncengan memakai sepeda motor, setelah sampai dan coba membuka pembicaraan, tak lama kemudian “grengg”…….. suara mobil avanza hitam lewat dan berhenti.
“Nah…. ini bapak yang diserahi tanah ini” kata salah seorang yang berboncengan tadi. Ternyata….. dari mobil tersebut turun lima orang bapak-bapak….(beeee…mantabbb dalam hati aku bergumam)…
Akhirnya tanpa basa-basi saya suruh mereka menunjukkan batas-batas tanah, wah…bak raja tanah saya ditunjukkan pula batas-batas tanah yang dimaksud. Setelah cukup, maka saya pun menyatakan dan berkenan untuk ditinggal dan saya sampaikan bahwa akan men-survey ulang lebih detail tanah yang mereka tawarkan. Ibu janda, dua orang berboncengan dan lima orang naik mobil avanza akhirnya berlalu meninggalkan saya. “Alhamdulillah”……batin saya lega.
Lalu, saya berputar-putar hendak tahu lebih tentang daerah tersebut, Alhamdulillah terlihat seorang petani, saya tanya tentang keadaan tanah di situ “wah ati-ati pak di sini banyak sertifikat ganda alias sengketa.”….satu point ku kantongi.
Kemudian aku berjalan lagi menyusuri tanah yang memang agak sedikit berbukit itu….”nah ketemu lagi seorang bapak-bapak” batinku. “misi pak, numpang tanya”, ada tanah mau dijual gak ya di daerah sini”? tanya saya cek. “wah…pak jangan di sini deh…” kalau mau saya tunjukkan di daerah yang aman, langsung ke pemiliknya….”…terus terang kalo saya mah bukan biong lho”… (apa tuh biong, batinku dalam hati). Akhirnya ku ambil sementara bahwa biong adalah makelar, lalu saya tanya “biong itu makelar ya pak?” iya betul, jawabnya.
Nah….hari demi hari saya lalui (kaya’ sinetron jadinya ) menyimpan kata “biong” dalam tanda tanya. Lalu pada suatu hari, saya mendapat telepon dari Pak Jiran, seorang bapak yang biasa kerjasama mengurus KIR Mobil sewaktu saya masing di bagian keuangan. Dia bilang ingin menawarkan tanah, dan saya disuruh ke rumahnya. Akhirnya saya pun tidak menolak, karena memang sudah seperti teman sendiri, walaupun beliau lebih tua jauh dari saya. Setelah ketemu ngobrol punya ngobrol….. eee, ia lalu bilang…e iya mas Panggih saya ini bukang biong lho…. (batinku = lho kan bapak juga makelar?). Lalu saya tanya biong itu apa sih pak….? Dari kemarin saya masih bingung menerjemahkan”. Biong….masak gak tahu sih, ya Biang Boong lah mas Panggih…” (O alah….. ya ya ya…ternyata kebanyakan makelar memang pandai melebih-lebihkan barang dagangannya (tanah), ya dibilang ini itu dan itu lalu akhirnya jatuhlah pada hal-hal yang sifatnya gak benar alias bohong), maka bener juga tuh sebutannya biang boong…..!!!! hehe…alhamdulillah dapat ilmu lagi. Tapi apakah semua makelar = biong?? Mari kita lanjutkan perjalanan kita dan kita buktikan !!!