"SELAMAT DATANG DI RUANG SEDERHANA INI..........
ruang tempat seorang anak desa menulis, merangkai &
ingin meraih impian...yang bukan sekadar mimpi....
"

"Mujahid adalah tanda semangat..
bukan semata pedang yang terangkat...,
Mujahid adalah tanda cita dan cinta yang suci...
dan bukan sebuah menara tinggi duniawi..."

Kamis, 11 November 2010

Bersyukur = Syukuran?

Seusai berbicang panjang lebar, tiba-tiba teman saya bertanya “oia mas…aku ada pertanyaan nih, aku kan sedang renovasi rumah dan Alhamdulillah akan segera jadi, nah cara syukuran yang bener itu bagaimana ya? Benar gak kita adakan syukuran seperti biasanya itu….., ? “Maksudnya syukuran dengan tahlilan atau yasinan pak…?” tanyaku balik. “Iya…….jawabnya.
Begini pak,…” jawabku pelan. Panutan kita Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sudah jelas mencontohkan bagaimana caranya kita bersyukur dalam sebuah Hadist : Mughirah bin Syu'bah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah bangun untuk shalat sehingga kedua telapak kaki atau kedua betis beliau bengkak. Lalu dikatakan kepada beliau, 'Allah mengampuni dosa-dosamu terdahulu dan yang kemudian, mengapa engkau masih shalat seperti itu?' Lalu, beliau menjawab, 'Apakah tidak sepantasnya bagiku menjadi hamba yang bersyukur?”
Begitulah Rasulullah mengungkapkan kesyukuran, menerjemahkan kesyukuran dengan memperbanyak ibadah, semakin mendekatkan diri kepada Allahu ta’ala. Tidak pernah beliau mencontohkan bersyukur dengan berkumpul-kumpul atau makan-makan sekalipun, seperti apa yang telah biasa kita lakukan selama ini, sehingga makna kesyukuran atau bersyukur itu menjadi sempit hanya sebatas tradisi saja.
Begitu juga dengan “selamatan”, Allah telah jelas juga menyampaikan dalam sebuah firmanNya dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoff ayat : 10 – 11, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
Ayat di atas menunjukkan bagaimana cara kita menyelamatkan diri, menyelamatkan diri dari apa yang terpenting jika bukan menyelamatkan diri dari api neraka?
Jadi, terlepas dari ungkapan atau pernyataan bahwa acara selamatan dan syukuran yang selama ini biasa kita dilakukan adalah sebuah bid’ah dan sebagainya. Sebagai hamba, kita patut merenungkan sejenak, apakah amal yang selama ini kita lakukan sudah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul kita? Jangan-jangan kita hanya sebatas ikut-ikutan saja. Dan nanti ketika kita ditanya Allah mengenai amalan yang telah kita kerjakan, ternyata kita tidak punya perintah yang jelas dariNya.
Sekali lagi, jika kita seorang muslim dan ingin mengungkapkan kesyukuran dan keselamatan, tentu seharusnya meniru juga bagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mengungkapkan kesyukuran. Semakin memperbanyak ibadah dan selalu mendekatkan diri kepadaNya, karena memang sesungguhnya kenikmatan dan keselamatan bersumber dariNya. Jika memang ingin menyatakan kesyukuran dengan materi atau makanan, maka berilah makanan atau materi itu kepada yang membutuhkan, seperti anak yatim dan kaum dhu’afa. Wallahu ‘alam...
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl
blog comments powered by Disqus