"SELAMAT DATANG DI RUANG SEDERHANA INI..........
ruang tempat seorang anak desa menulis, merangkai &
ingin meraih impian...yang bukan sekadar mimpi....
"

"Mujahid adalah tanda semangat..
bukan semata pedang yang terangkat...,
Mujahid adalah tanda cita dan cinta yang suci...
dan bukan sebuah menara tinggi duniawi..."

Minggu, 18 Agustus 2013

Maafkan sayang, ayah bunda sedang belajar membagi cinta…

Setelah bersalaman, cium dan peluk…, akhirnya Marwa pun ikut pergi ke rumah neneknya (selanjutnya disebut “mbahnya”) di Lenteng Agung. Khawatir sebenarnya melepasnya, sebab kondisi sudah malam dan dia pun sedang batuk pilek. Tapi apa boleh buat, proses negoisasi berjam-jam pun tidak membuahkan hasil seperti apa yang diinginkan, yaitu ia tidak ikut pergi ke rumah mbahnya. Berbagai jurus sudah dikeluarkan, akan tetapi tetap berujung pada kekalahan yaitu Marwa menangis sejadi-jadinya.
Kami pun masuk rumah, istri ke kamar dan aku masih bersih-bersih di ruangan depan karena masih begitu berantakan, namun memang tak seberantakan suasana hati kami saat itu. Yah…berantakan…entah..begitu susah menata perasaan setelah Marwa dan Mbahnya berlalu.
Setelah agak beres, aku pun menuju ke kamar, ingin melihat si kecil yang baru saja hadir menambah barisan anggota keluarga beberapa hari yang lalu.  Baru membuka pintu…, aku melihat istri sedang tidur menangis. Walaupun sudah tahu jawabannya, aku pun bertanya…”kenapa mi?”.., namun pertanyaanku pun hanya dijawabnya dengan aliran air mata. Setelah agak tenang, istri pun menjawab.., “aku merasa bersalah ayah...kasihan Marwa, iya seperti kehilangan kasih sayang, bagaimana kalau kemarin masih kecil sudah punya adik”…?
“Iya mi.. aku pun juga begitu. Justru kalau masih kecil malah tidak jadi seperti ini, karena ia belum mengerti”, Marwa sudah dewasa berfikirnya.., ketika ayah dan bundanya sibuk mengurus adiknya ia pun beralih ke Mbahnya”, ya karena ada opsi ketiga setelah kita”.
“Lha nanti bagaimana kalau keterusan?”, istri saya pun mengejar bertanya.
“Ya insyaAlloh nanti kita atur dengan sebaik mungkin..sambil menunggu kondisimu pulih mi”…, ini kan karena kamu juga belum pulih kesehatanmu setelah melahirkan kemarin”, aku pun coba memberi argumen yang kuat. Namun istri pun diam.

***
Saudaraku, tulisan di atas adalah sepotong pengalaman kami setelah beberapa hari mendapatkan amanah anak kedua. Di balik kebahagiaan hadirnya si mungil, ternyata bersambung dengan kisah mengharukan. Yah..mengharukan, karena di luar perkiraan dan dugaan. Setelah hadir si mungil, Marwa yang tadinya sangat dekat dengan bundanya kemudian mendekat ke Ayahnya, hal itu terlihat saat aku masih libur kemarin. Setiap tidur pun tak lupa mengajak ayahnya, dipijat, bercerita dan akhirnya pulas. Saat itu kami masih sementara tinggal di rumah Ibu karena baru saja melahirkan si mungil. Marwa sepertinya sangat paham juga, bahwa Mbahnya juga sedang sibuk, saat itu Mbahnya sedang sibuk menyelesaikan pesanan, yaitu membuat peyek.
Dan kini, setelah kami pulang ke rumah Depok dan ayahnya masuk kerja, Marwa pun beralih ingin bersama Mbahnya terus. Tidur pun sama Mbahnya terus (Mbahnya ikut ke Depok untuk sementara).
Masih terngiang jawabannya ketika kami bertanya kepadanya, “Kak Marwa, boboknya bareng ayah bunda dooong..kan Kak Marwa anak pertama ayah bunda”. Kita berusaha negoisasi, karena Marwa sering mengatakan ia anak pertama dan dedenya anak kedua.
Dan di luar dugaan dia pun menjawab “Gak ah…, bunda kan sibuk ngurus dede Akhtar”….
Kami bertiga (Aku, Istri dan Ibu) pun tersenyum…, namun di balik senyuman itu seakan leherku terganjal bongkahan batu besar, sehingga tak mampu menelan ludah, sedangkan mata ingin rasa menangis, karena hati merasa bersalah.
Kami pun hampir serentak menjawab…”Gak lah...,”
“Kan kemarin bunda juga mandiin dan nyuapin kak Marwa?”….tambah istri.
Namun Marwa pun tak menjawab.
***

Begitulah sepotong cerita di atas. Beberapa hal yang mungkin dapat disampaikan menjadi kesimpulan :
1.       Untuk Marwa : Maafkan sayang, ayah dan bunda sedang belajar membagi cinta…,
2.       Untuk UmmuMarwa : Semangat mi…!!! ini pernak pernik cinta dalam keluarga.
3.       Bagi anda yang sudah siap dan merencanakan anak kedua, silahkan ditata dari awal posisi hati dan cinta kasih anak pertama.
4.       Anak pertama akan merasa terkurangi kasih sayangnya ketika hadir anak yang kedua, karena otomatis waktu pun akan terbagi. Walau betapa pun sebagai orang tua, kami terus berusaha memperhatikan Marwa semaksimal mungkin juga.
5.       Kami memohon ampun kepada Alloh jika tidak pas persis membagi cinta ini kepada kedua anak kami.
6.       Kami pun akan berusaha menyaingi dan merebut simpati hati Marwa dari Mbahnya agar lekas kembali seperti semula. #tapi memang terkadang Mbahnya hampir sangat memanjakannya#...itu yang menjadi tantangan buat kami.
7.       Mohon doanya agar kami berhasil dengan secepat-cepatnya.
8.       Mohon maaf jika tulisan ini kurang berkenan atau dianggap berlebihan dan sebagainya.
Harapan kami, semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah keakraban kita dalam ikatan yang tiada bandingnya, yaitu ikatan ukhuwah karena Iman di atas jalan Allohu ta’ala.
Amiin ya Robbal ‘alamin.

Pukul 23.40 (17-8-2013)
AbuMarwa.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl
blog comments powered by Disqus