"SELAMAT DATANG DI RUANG SEDERHANA INI..........
ruang tempat seorang anak desa menulis, merangkai &
ingin meraih impian...yang bukan sekadar mimpi....
"

"Mujahid adalah tanda semangat..
bukan semata pedang yang terangkat...,
Mujahid adalah tanda cita dan cinta yang suci...
dan bukan sebuah menara tinggi duniawi..."

Rabu, 27 Oktober 2010

“Allah lebih tahu….?”

Beberapa hari yang lalu, seperti biasanya di pagi hari, aku mempunyai tugas rutin untuk beres-beres rumah sambil momong bidadariku, sedangkan istri berjibaku menyiapkan sarapan dan sebagainya. Pada saat aku memasukkan sampah ke bak sampah, qadarullah bisa bertemu dengan bapak yang biasa mengambil sampah setiap hari. Kuucapkan terima kasih padanya “terimakasih ya pak,…masyaAllah bapak rajin banget, berangkat jam berapa pak?”. “Jam empat, jam segini sudah dapat tiga RT” jawabnya. Lalu aku tanya lagi, “sholat shubuhnya di mana pak?”. “Yah Allah yang lebih tahu lah pak” jawabnya sambil berlalu.
Aku langsung diam tersentak, sambil berfikir, akankah Allah memahami hamba yang meninggalkan sebuah kewajibannya sebagai hamba?. Padahal dalam keadaan sakit dan perang pun, sholat masih harus dikerjakan.
Karena memang sudah jelas sholat merupakan salah satu rukun dari agama kita, dalam sebuah hadist :
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim).
Jadi jika berbicara rukun, maka itu merupakan sebuah persyaratan mutlak bagi kita sebagai muslim. Maka, dari sedikit kisah di atas, mungkin kita dapat mengambil hikmah. Betapa sering dengan alasan kesibukan duniawi, kita menyandarkan mudahnya Allah membolehkan meninggalkan sebuah kewajiban, padahal itu semua sesungguhnya hanyalah kelemahan kita untuk berusaha menjalankan sebuah kewajiban sebagai hamba. Memang, pada saat tertentu Allah memberi kemudahan atau keringanan untuk kita misalnya jama’ dan qoshor dalam safar atau sholat dengan duduk apabila sakit dan tidak memungkinkan untuk berdiri.
Namun jelas tidak benar, ketika kita mengubah keringanan itu menjadi keringanan yang ujungnya meninggalkan sebuah kewajiban. Semoga sekelumit ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl
blog comments powered by Disqus