Hampir satu bulan penuh raga ini di Malang, Jawa Timur. Dinginnya tak juga mengeringkan keringatku menahan sebuah beban berat di hatiku. Yah..beban rindu dengan para kekasihku. Rasa ini sangat mirip rasa, di mana dulu kuangkat kakiku meninggalkan kampung halaman. Ada orang-orang tercinta yang seakan tak rela berpisah raga namun dengan alasan keadaanlah akhirnya berpisah jua. Hal itu pun terus terasa saat kujenguk lalu kutinggalnya lagi menuju kota harapan.
Memang, terkadang terasa bagai pengecut, saat keputusan telah diambil oleh akal agar kaki mau melangkah, namun hati enggan dan tak mampu menyembunyikan tabiatnya yang halus hingga bisikannya terdengar oleh akal dan kaki agar berfikir ulang dan berhenti.
Dan aku berusaha jujur, ketika rindu mendera akal pun tak kuasa, dan mencoba memberi jalan keluar, sedangkan kaki terpaksa melangkah karena tuntutan keadaan. Namun ada saja yang mengatakan ini sebuah penyakit “home sick”……, akal pun berusaha bernegoisasi dengan hati dan mengungkapkan adanya pernyataan tentang itu, namun hati pun tetap bersikukuh pada pendiriannya, bahwa rasa ini bukanlah sebuah rekayasa atau konspirasi…, ini alami….” kata sang hati.
Yah…kerinduan, sebuah rasa yang meledak-ledak, hingga ledakkannya menimbulkan mimpi, menggelorakan semangat tuk segera bertemu dengan apa yang dirindukan. Termasuk aku, saat mendapat telepon dari sang istri bahwa “si kecil” mencariku ketika melihat jamaah laki-laki, pada sholat tarawih di musholla…, “papah….!!!” panggilnya, ia mengira aku ada di antara jamaah tersebut…, karena biasanya ia sering mengajak uminya menyusulku saat aku sholat jamaah di musholla…..
Ramadhan,…akhirnya engkau menjadi saksi, bahwa ada air mata di pangkuanmu karena rasa mendalam di hatiku…, seperti rindu makhluk akan hadirmu yang membawa kedamaian. Kuselipkan do’a didalammu, agar rasa ini segera terjawab…, agar mereka yang menyebutku sakit itu mengerti bahwa sangat dan teramat sulit bagiku untuk menawar rindu…., agar mereka juga tahu bahwa untuk urusan ini kekasih Alloh pun mempunyai kisah…
Telah mengabarkan kepadaku Ziyad bin Ayyub dia berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il dia berkata; telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qibalah dari Malik bin Al-Huwairits dia berkata; "Kami datang kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam selama dua puluh malam. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam adalah seorang yang sangat penyayang dan sangat lembut. Beliau mengira kalau kami merindukan keluarga kami, maka beliau bertanya tentang keluarga kami yang ditinggalkan. Kami pun memberitahukannya, lalu beliau Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Pulanglah ke keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka dan ajari mereka serta perintahkan mereka untuk shalat. Jika telah datang waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan yang paling tua menjadi imam'." (NASAI - 631).
Memang sangat terasa, bahwa harta adalah raja dunia, yang terkadang mendorong dan memaksa kita hingga terpojok pada suatu kondisi yang harus berpisah. Namun subhanallah…., dari uraian hadist di atas sangatlah jelas,…betapa tajam kasihmu, betapa lembut dan halus rasamu ya.. Rasulullah…., hingga mampu menembus qolbu seseorang saat ia tak kuasa lagi tuk menawar rindu…