Jika kita mau melihat, mengamati dan mencermati, keadaan negeri yang konon tempat di mana tongkat dan batu ditanam jadi tanaman, kini menjadi tempat di mana ‘uang’ ditanam disitu ada perang. Mungkin tak berlebihan kalau disebut perang. Sebab para pemimpin yang harusnya membangun negeri ini dengan keinginan dan kebutuhan rakyatnya, malah terus menyuguhi kita dengan konflik yang tiada henti. Harapan rakyat yang ingin melihat wajah-wajah pemimpin baru mereka bekerja lebih optimal, ternyata harus menuai rasa kecewa. Rakyat terus menjadi penonton dan dibuat terlena menyaksikan media massa. Dari kasus KPK melawan Polri, Kasus Century, Terorisme dan kini kasus penggelapan uang pajak.
Jika kita mau diam sejenak, berfikir dan merenung dalam kejernihan hati. Kesalahan ini kita ulang berulang kali dan seakan kita tidak mau mengintropeksi diri. Bahwa semua ini adalah bagian dari pilihan kita. Pertama, kita “rela” memilih para pemimpin yang hanya mampu “memajang” poster foto mereka yang paling banyak, yang paling gagah, yang paling manis berjanji, yang sesuai dengan pilihan partai pilihan kita. Padahal semua itu bukan tolok ukur sebuah kemuliaan seorang pemimpin, karena semua itu mampu mereka beli dengan “uang bisnis politik” mereka.
Yang kedua, kita “rela” dan merasa bahwa sistem pemilihan pemimpin kita adalah sebuah sistem yang sempurna, adil dan fair, karena suara siapa yang banyak disitu adalah pemenangnya. Lalu, apakah kita tak pernah berfikir, bagaimana jika suara yang paling banyak adalah suara pendukung koruptor alias “pembunuh rakyat”? bagaimana jika suara yang paling banyak adalah suara pendukung kebathilan?. Apakah kita juga akan merasa “rela” melihat kedzoliman memimpin? Apakah kita berbangga hati jika mempunyai pemimpin yang hanya berlomba-lomba memperebutkan kekuasaan? Apakah kita akan merasa bahagia jika mempunyai pemimpin yang “cuek” dengan keadaan rakyatnya?.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,
Sudah saatnya kini kita membuka mata, membuka telinga dan membuka hati, bahwa sesungguhnya kita masuk dalam sistem yang tak akan pernah memberikan solusi. Jika kita muslim, harusnya kita yakin bahwa tiada sistem yang sempurna melainkan sistem Islam. Sistem yang dibuat oleh Pembuat Alam Semesta ini. Sungguh teramat lucu, jika kita mengaku-ngaku sebagai muslim atau mukmin jika masih berharap dengan sistem buatan manusia, yakni sistem suara terbanyak yaitu sistem demokrasi, yang sadar atau tidak, sesungguhnya lebih mempunyai esensi meninggikan suara manusia dibandingkan suara kebenaran yaitu suara Allah ta’ala. Walaupun dengan seribu dalih baik dalih adil dan sebagainya.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,
Mari kita jawab dengan jujur dan obyektif, dengan kejernihan nurani kita, adakah keadilan dan kebenaran yang melebihi saat dimana kita meninggikan suara dari Yang Menciptakan kita??
Mungkin di saat ini, tulisan ini menjadi sebuah tulisan yang sangat ekstrim. Terkesan “menantang” dan “melawan arus” dengan kesepakatan yang sudah lama dan dianggap final di negeri tercinta ini. Dan mungkin saja tulisan ini dianggap sebuah “provokasi”. Betapapun sesungguhnya tulisan ini dibuat atas dasar kecintaan yang mendalam terhadap bangsa ini. Kecintaan agar negeri ini menjadi negeri yang penuh keberkahan, bukan negeri yang penuh dengan pertikaian. Kecintaan yang mengharapkan agar negeri ini menjadi negeri yang mempunyai “izzah”, karena telah meninggikan suaraNya.
Sekali lagi, tulisan ini sebenarnya bukanlah sebuah “provokasi” yang mengarah menjadi sebuah pemberontakan terhadap pemimpin yang ada. Namun tak lain adalah ajakan kepada setiap kita yang mempunyai nurani, kepada setiap kita yang menginginkan sebuah keadilan. Mari bangun dari tidur panjang yang “tak berkualitas”, kemudian membuka jendela lalu menatap keluar. Maka di sana ada cahaya mentari yang terang, yang takkan ada yang menyangkal bahwa itu adalah ciptaanNya dan menjadi penerang yang sesungguhnya. Bukan hanya penerang buat kaum muslimin, melainkan penerang buat seluruh makhluk ciptaanNya.
Setelah kita buka mata kita, mari kita ajak keluarga kita, saudara-saudara kita, tetangga kita, agar mereka juga tahu bahwa itu merupakan sebuah kebenaran mutlak, yang tak harus ditimbang, dipikirkan apalagi dipilih dengan permainan apapun juga.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Jadi, permasalahan yang sekarang berkembang di permukaan dan di depan wajah kita saat ini sebenarnya berpangkal dari cara atau sistem yang saat ini kita pakai, yang kini telah menjadi mindset pada diri kita. Kita tidak mau keluar dari mindset itu dan dengan jernih melihat, bahwa sesungguhnya tak ada kesempurnaan dalam buatan manusia, termasuk hukum yang ada sekarang ini. Allah Sang Pencipta tentu Ia yang Maha Tahu sistem yang tepat untuk digunakan di bumi ini. Mengapa sebagai makhluk kita menjadi sok pintar ??
Maka dari itu, sekali lagi mari kita hadirkan kesadaran yang penuh dalam diri kita. Bahwa sebenarnya keadaan yang carut-marut saat ini ada andil kita di dalamnya. Ada campur tangan kita yang mungkin belum kita sadari. Jadi, tidak perlu kita bingung untuk mencari solusi dari segala masalah yang terus bermunculan saat ini. Karena sesungguhnya, solusi itu ada di dada kita masing-masing….
Wallahu ‘alam