Seorang ibu yang suaminya bekerja menjadi satpam, telah lama mempunyai usaha membuat peyek. Ia bermaksud untuk membantu suaminya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Memproduksi peyek jika ada pesanan dari tetangga maupun teman kerja suaminya. Tapi karena seluruh pekerjaan dari memotong kacang hingga menjadi bungkusan peyek dikerjakanya sendiri, maka ketika banyak pesanan, terpaksa beberapa pesanan pun ditolak. Padahal menurut penulis, kualitas peyek tersebut sebenarnya bisa menembus pasar ke rumah makan kelas menengah ke atas.
Beberapa bulan yang lalu, ada bantuan dari pemerintah berupa beberapa unit mesin jahit sekaligus diadakan kursus menjahit selama dua minggu. Antusias warga, khususnya ibu-ibu cukup tinggi, sehingga harus diadakan seleksi peserta. Namun, karena tidak ada follow up setelah kursus tersebut, maka beberapa unit mesin jahit di lingkungan kami pun tidak digunakan kembali.
Dua cerita di atas merupakan potret keadaan Usaha kecil dan Menengah atau UKM di lingkungan kami. Karena kurangnya pengetahuan dalam menjalankan usaha, sehingga UKM yang ada masih dijalankan dengan apa adanya atau tanpa sebuah konsep yang jelas dan terukur.
Padahal jika kita lihat di Negara kita, banyak para pengusaha sekaligus motivator yang mempunyai misi ingin turut andil menyelesaikan permasalahan perekonomian yang sedang melanda saat ini, misalnya Tung Desem Waringin, Velentino Dinsi, Ustadz Lihan dan Samullah Rizqi. Mereka berhasil menjadi pengusaha yang sukses karena mempunyai konsep usaha yang berhasil pula. Mereka mempunyai motivasi, manajemen produksi, manajemen pemasaran atau distribusi dan berbagai manajemen lainnya. Jika saat ini mereka memberikan pengarahan-pengarahan dalam forum dan lingkungan yang sangat terbatas, maka dengan modal dan visi yang sama, alangkah baiknya jika pemerintah dapat menjalin kerjasama, mensinergikan pengguliran dana bantuan ke masyarakat dengan berbagai ilmu dan pengalaman yang telah mereka miliki.
Seberapa efektifkah kerja sama itu dan bagaimana teknisnya ? Menurut hemat penulis sangatlah efektif. Kerja sama itu bisa dimulai dengan membentuk forum-forum diskusi di antara unit UKM yang ada atau mungkin dengan anggota masyarakat yang akan memulai usahanya. Misalya di dalam satu RW dibentuk satu forum diskusi yang terdiri dari beberapa UKM RT, setiap satu pekan atau paling lama dua pekan, para UKM tersebut mengadakan diskusi, saling mengemukakan keadaan ushanya, sehingga dari situ timbul interaksi untuk saling mengisi kekurangan, karena belajar dari berbagai pengalaman yang berbeda selama menjalankan usahanya masing-masing.
Namun setelah forum diskusi itu berjalan, pasti akan muncul persoalan demi persoalan yang tidak bisa diselesaikan di forum tersebut. Maka di saat itu forum bisa membuat jadwal pertemuan untuk mengundang seorang atau lebih pengusaha yang telah direferensikan pemerintah untuk berdiskusi dan meminta pengarahan. Sehingga semua persoalan atau kendala yang sebelumnya tidak dapat diselesaikan dalam forum akan langsung mendapat solusi setelah mendapat pengarahan-pengarahan dalam diskusi tersebut. Dan tentunya juga, selain mendapat pengarahan yang bersifat teknis dan praktis, para UKM akan diberikan motivasi-motivasi atau perubahan mindset (cara berpikir) sebagai modal non teknis untuk menjalankan usahanya agar lebih maju lagi.
Dengan demikian, seiring dengan bantuan pemerintah, seperti PPMK (Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan), KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan sebagainya, pengarahan demi pengarahan harus dilakukan secara berkesinambungan, sehingga dana bantuan tersebut benar-benar tepat dan manfaat, artinya dapat digunakan masyarakat atau UKM untuk meningkatkan kemapanan ekonomi dengan masing-masing usahanya, bukan untuk keperluan konsumtif lainnya.
Lalu cukupkah jumlah motivator atau pengusaha yang bisa memberikan pengarahan untuk sekian banyak UKM di seluruh Indonesia? Sepengetahuan penulis, banyak komunitas pengusaha yang mempunyai visi sejalan dengan program pemerintah, misalnya Komunitas TDA (Tangan Di Atas), yang merupakan sebuah komunitas besar para pengusaha. Baik pengusaha yang baru dari nol ingin memulai usaha maupun pengusaha yang telah berhasil. Komunitas ini mempunyai kepengurusan pusat di Jakarta dan pengurus cabang di beberapa kota di seluruh Indonesia.
Selain itu jika forum diskusi berjalan dengan baik, maka dengan sendirinya akan mampu mencetak para kader pengusaha yang berhasil. Sehingga nanti secara estafet akan dapat memberikan pengarahan atau pembinaan terhadap UKM yang baru. Begitu seterusnya, sehingga UKM yang belum berkembang seperti ibu penjual peyek pun bisa terbuka wawasannya mengenai usahanya, ia merekrut beberapa karyawan untuk membantu memproduksi dan memasarkannya. Kemudian dengan pengetahuan yang didapat, ibu itu pun mampu memasarkan peyeknya ke banyak rumah makan dan toko ternama di Jakarta dengan packing yang lebih menarik tentunya. Jika demikian, dengan terserapnya banyak tenaga kerja, maka UKM telah nyata menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas perekonomian Negara.
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengenai gambaran umum UKM setempat. Potensi dan peluang yang ada, ternyata tidak terhambat dengan kekurangan modal semata. Melainkan beberapa hal yang telah penulis paparkan di atas.