Berbicara masalah remaja, maka kita akan menemukan sebuah potret yang teramat suram. Karena remaja identik dengan kebebasan tanpa batas. Lebih jelas lagi remaja adalah potret pergaulan bebas, narkoba, tawuran dan sebagainya yang beratribut kenakalan. Maka telinga kita sangat akrab dengan istilah “Kenakalan Remaja”. Bahkan di telinga remaja pun istilah tersebut bisa menjadi sebuah “denah”, yang kemudian harus dilalui dan bukan menjadi sebuah kubangan yang harus dihindari. Dengan kata lain istilah Kenakalan Remaja merupakan kewajaran plus lumrah bagi para remaja.
Bagi para orang tua, terkadang memberikan toleransi yang berlebihan pada putra-putrinya, dengan memberikan kelonggaran putrinya berpakaian ala penyanyi dangdut, putranya berpakaian ala rockers, memberikan kelonggaran putra-putrinya pulang sekolah agak malam tanpa alasan, memberikan kelonggaran putra-putrinya bangun tidur siang dan berbagai kelonggaran yang lain dengan berusaha terus memaklumi dengan dalih masih remaja.
Seiring dengan pemakluman tersebut, di dunia luar rumah masih saja kita temukan berbagai “kenakalan” yang dijual murah terekspos di berbagai media. Mulai dari kenakalan para orang tua di jalan raya yang mengacuhkan peraturan lalu lintas sampai kenakalan para orang tua di “Gedung Terhormat”. Mulai dari hal berebut lahan parkir sampai berebut “lahan basah”. Dari mulai pelecehan seksual terhadap anak sampai transaksi seks di hotel berbintang. Belum juga andil para orang tua yang menyuguhkan tontonan jorok dan humor-humor sensual di layar kaca, yang kemudian para orang tua di rumah “tak kuasa” untuk memperketat jam belajar para putra-putrinya, bahkan ikut menyaksikan meriahnya tontonan yang tak patut menjadi tuntunan tersebut.
Tulisan ini bukan bermaksud menghakimi siapa pun, namun hendaknya mampu menghadirkan kesadaran bagi kita sebagai orang tua. Menumbuhkan semangat interopeksi, bahwa sebenarnya “Kenakalan Remaja” yang kini telah menjadi “brand image” bagi para anak muda adalah salah satu akibat dari “Kenakalan Orang Tua”. Sebagai orang tua, seringkali kita menyalahkan asap tanpa melihat asal apinya. Ketidakmampuan kita untuk mendidik dan memberikan tauladan yang nyata bagi anak-anak kita merupakan api yang menebar asap di negeri tercinta ini. Mari kita tengok sejenak dan belajar dari para pahlawan kita yang masih “hidup” dengan semangatnya sampai saat ini, Jenderal Sudirman misalnya. Walaupun sakit mendera, namun tak menyurutkan langkah beliau dengan “strategi gerilyanya”. Begitu juga saat ini, betapapun berbagai “penyakit” menyerang bumi pertiwi ini, mari kita mulai membenahi diri sebagai orang tua. Karena sekali lagi jika kita mau jujur, sebenarnya Kenakalan Remaja itu tumbuh dari Kenakalan Orang Tua…..
Jaya Remaja, bangga orang tua, majulah bangsa tercinta !!